Pastura merupakan suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia (Parakkasi, 1999), sehingga dapat disebut sebagai padang penggembalaan. Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (1985), pastura terdiri dari beberapa macam, yaitu : pastura alam, pastura alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan (temporer), dan pastura dengan irigasi.
Pastura alam terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Pastura alam yang sudah ditingkatkan terdiri dari spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi). Pastura buatan (temporer) terdiri dari tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian. Pastura dengan irigasi, biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air.
1. Produksi bahan kering tinggi
2. Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar
3. Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau
4. Mudah dalam pemeliharaan
5. Tingkat daya tumbuh cepat
6. Nisbah daun dan batang tinggi
7. Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume
8. Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi
Pemilihan jenis rumput dan legume yang akan ditanam di pastura bergantung kepada jenis ternak, keadaan topografi dan jenis tanah, kegunaan (disengut langsung oleh ternak / dipotong), serta metode penggembalaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan pastura antara lain : kesuburan tanah, jenis tanaman, pengendalian penggembalaan ternak.
Hijauan dalam harus lebih sering dipotong (defoliasi) agar tanaman selalu dalam keadaan agar berkualitas tinggi. Seperti yang dilaporkan Susetyo (1978) pengaruh interval defoliasi baik pada leguminosa maupun rumput berpengaruh terhadap produksi bahan kering. Semakin pendek interval pemotongan produksi tanaman per Ha menurun bahkan nampak timbulnya gangguan oleh tumbuh-tumbuhan pengganggu. Secara umum karakteristik tanaman pastura mempunyai sifat : kualitas berbanding terbalik dengan produksi, artinya bila mengharapkan kualitas tinggi, maka sebagai konsekuensinya produksi menjadi rendah, oleh karena itu sebaiknya defoliasi dilakukan pada akhir fase vegetatif (perpindahan dari fase vegetatif ke generatif) agar tanaman mempunyai cukup cadangan makanan berupa karbohidrat didalam akar/ rhyzoma yang ditinggalkan. Setelah dilakukan defoliasi, karbohidrat ini dirombak oleh enzim-enzim tertentu menjadi energi yang akan digunakan untuk tumbuh kembali (regrowth).
Daftar Pustaka
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1985a. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Susetyo, S, 1978. Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Terak untuk Produksi Ternak Daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
No comments:
Post a Comment