Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix coturnix japonica, Coturnix chinensis (Bluebreasted quail), Turnic susciator, Arborophila javianica, Arborophila orientalis dan Rollus roulroul (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Burung puyuh yang biasa diternakan di Indonesia adalah strain Coturnix coturnix japonica yang berasal dari Jepang (Rasyaf, 1994).
Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat, ekornya sangat pendek dan warna bulu bercak-bercak coklat (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Menurut Pappas (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix coturnix japonica
Burung puyuh dapat berkembang biak dengan baik dan tahan terhadap penyakit. Sejak burung puyuh diperkenalkan, dapat berkembang dan tumbuh dengan baik dan efesien dalam pertumbuhannya dengan pakan yang mengandung protein tinggi (Odunsi et al, 2007). Bobot badan burung puyuh betina dewasa antara 110-160 g, sedangkan burung puyuh jantan dewasa antara 100-140 g, puyuh mulai bertelur mulai pada umur 6 minggu dan bertelur selama 8-12 minggu, dengan produksi telurnya berkisar antara 200-300 butir per tahun ((Nugroho dan Manyun, 1990). Perbandingan rasio puyuh jantan dan betina di dalam kandang untuk pembibitan adalah 1:3 (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Pakan Burung Puyuh
Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus mamadai (Suprijatna et al., 2005). Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004).
Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda pada tiap periode, periode starter dan grower hendaknya diberi pakan yang berkadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan puyuh biasa. Puyuh dewasa rata-rata memerlukan pakan sekitar 20 gr/hari(Redaksi Agromedia, 2007). Untuk puyuh yang masih bertumbuh (umur 0 hari- 6 minggu) tingkat protein yang dianjurkan adalah 24-25 %. Setelah dewasa kelamin puyuh akan bertelur, untuk itu tingkat protein yang dianjurkan adalah 20 % (Rasyaf, 1994). Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang tetapi pada masa bertelur protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk materi penyusun telur dan sperma (NRC, 1994).
Daftar Pustaka
Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Budi Daya Puyuh Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1994. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
Odunsi, A.A., A.A. Rotimi., E.A. Amao. 2007. Effect of Different Vegetable Protein Sources on Growth and Laying Performance of Japanese Quails (coturnix coturnix japonica) in a Derived Savannah Zone of Nigeria. World App. Sci. J. 3 (5): 567-571.
Nugroho dan I. GST. KT. Mayun. 1990. Beternak Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.
Sunarno. 2004. Potensi Burung Puyuh. Majalah Poultry Indonesia Edisi Pebruari hal.61.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Redaksi Agromedia. 2007. Sukses Beternak Puyuh. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. National Academy of Science. Washington D. C.